Kamis, 25 Februari 2016

BAHAN TAMBAHAN (ZAT ADDITIVE) UNTUK BETON



Adalah suatu bahan yang ditambahkan kedalam campuaran spesi beton selain semen, air dan agregat itu sendiri. Tujuan dari bahan ini adalah untuk memperbaiki sifat sifat tertentu dari campuaran beton keras dan lunak. Takaran bahan tambahan ini sangat sedikit dibandingkan dengan bahan utama hingga takaran bahan ini dapat diabaikan. Bahan tambahan tidak dapat mengkoreksi komposisi spesi beton yang buruk, karenanya harus diusahakan komposisi beton seoptimal mungkin dengan bahan bahan dasar yang cocok. Ide bahan tambahan sering berdasarkan efek ball-bearing, dengan kata lain gelombang udara kecil dibentuk dengan massa spesi dan bekerja sebagai pelumas yang mana konsistensinya terpengaruh.

Dalam praktek pembuatan konstruksi beton, bahan tambahan(admixture) merupakan bahan yang dianggap penting , terutama untuk pembuatan beton didaerah yang beriklim tropis seperti di Indonesia. Penggunaan bahan tambahan tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki dan menambah sifat beton sesuai dengan sifat beton yang diinginkan. Definisi bahan tambahan ini mempunyai arti yang luas , yaitu meliputi material-material seperti polimer, fiber, meineral yang mana dengan adanya bahan tambahan ini komposisi beton memiliki sifat yang berbeda dengan aslinya atau beton biasa.

Jenis Bahan Tambahan ( Additive ) Untuk Beton 

A.    Air Entraining Agent (ASTM C260)
Yaitu bahan tambahan untuk meningkatkan kadar udara agar beton tahan terhadap pembekuan dan pencucian terutama untuk daerah salju.

B.     Admixture Kimia ( ASTM C49 dan BS 5075)
Yaitu bahan tambahan cairan yang ditambahkan untuk mengendalikan waktu pengerasan ( mempercepat atau memperlambat), mereduksi kebutuhan air, menambah kemudahan pengerjaan beton ( meningkatkan nilai slump) dan sebagainya.

C.    Mineral Admixture
Bahan tambahan ini merupakan bahan padat yang dihaluskan yang ditambahkan untuk memperbaiki sifat betobn agar beton mudah dikerjakan dan kekuatan serta keawetannya meningkat.
Bahan bahan mineral ini adalah semua bahan tambahan puzzolan, slag, abu terbang(batubara), batu sekam ( gabah ) dan silica fume ( bahan produksi sampingan silica murni )

D.    Bahan tambahan lainnya.
Yang termasuk katagori bahan tambahan ini adalah semua bahan tambahan yang tidak termasuk dan ketiga katagori diatas, misalnya bahan tambahan jenis polimer, fiber mash, bahan pencegah keretakan, bahan tambahan tang dapat mengembang, bahan tambahan untuk perekat (bonding admixture )

Rabu, 24 Februari 2016

PENELITIAN TANAH UNTUK PONDASI BANGUNAN



Agar bangunan dapat berdiri dengan stabil dan tidak timbul penurunan(settlement) yang terlalu besar, maka pondasi bangunan harus mencapai lapisan tanah yag cukup padat. Untuk mengetahui letak/kedalaman lapisan tanah padat dan kapasitas daya dukung tanah (bearing capacity) yang diijinkan maka perlu dilakuakn penyelidikan mekanika tanah yang mencakup penyelidikan di lapangan(lokasi rencana bangunan baru) dan penelitian di laboratorium.
Penyelidikan di lapangan yang paling umum dilaksanakan adalah:
a.       Pemboran (Drilling)
b.      Pengambilan contoh bahan tanah (Soil Sampling)
c.       Pengujian penetrasi (Penetration Test)
Pemboran
Pemboran merupakan bagian yang penting dari penyelidikan tanah, dari pemboran dapat diketahui lapisan lapisan tanah di bawah lokasi rencana bangunan dan dari lubang bor(boreholes) dapat diperoleh contoh contoh tanah yang diperlukan untuk penyelidikan tanah selanjutnya di laboratorium mekanika tanah.
Pengambilan Contoh Bahan Tanah
Pengambilan contoh bahan tanah dilaksanakan untuk mendapatkan contoh tanah tidak terusik(undisturbed soil sample).
a.       Contoh tanah tidak terusik
Contoh tanah tidak terusik adalah contoh tanah yang masih menunjukan sifat asli (alamiah dari tanah di tempat asalnya, jadi belum mengalami perubahan struktur, kepadatan ikatan antar butir tanah, kadar air atau susunan kimianya.
Contoh tanah tidak terusik dari tanah kohesif sangat berguna untuk penelitian kekuatan(kuat geser dan kohesi), kompresibilitas dan permebilitas, tiga sifat teknik yang penting  untuk perencanaan pondasi.
b.      Contoh tanah terusik
Contoh tanha terusik adalah contoh tanha yang diambil tanpa usaha mempertahankan sifat sifat asli tanah dan biasa hanya digunakan untuk penelitian/analisa distribusi ukuran butiran, ukuran butiran, batas Atterberg( batas cair dan index-Plastisitas), klasifikasi tanah dan pengujian pemadatan di laboratorium.
Pengujian Penetrasi
Pengujian penetrasi yang dilaksanakan dapat dibagi menjadi Pengujian Penetrasi Statis dan Pengujian Penetrasi Dinamis.
a.       Pengujian Penetrasi Statis
Pengujian penetrasi statis yang umum dilaksanakan di Indonesia dengan menggunakan alat sondir(Dutch Static Penetrometer), cara kerjanya adalah ujung alat sondir yang berupa konus ditekan masuk kedalam tanah, gaya yang digunakan untuk menekan konus sondir kebawah diukur dengan suatu alat pengukur tekanan( manometer-gauge ) yang menunjukan nilai tahanan konus dalam Kg/cm2, nilai tahanan konus sondir yang terbaca pada manometer menunjukan kepadatan relative (relative density ) dari lapisan lapisan tanah yang dijumpai.
b.      Pengujian penetrasi dinamis
Pengujian penetrasi dinamis banyak dikerjakan di amerika serikat dan terkenal dengan sebuatan SPT (Standard Penetration Test), prinsip cara kerjanya ialah tabung selinder contoh standar( standard split spoon sampler) dipukul masuk kedalam tanah dengan menggunakan alt penumbuk seberat 140 pound (63,5 kg) yang dijatuhkan dari ketinggian 30 inch ( 76 cm ), dan dihitung abnyk pukulan yang diperlukan untuk menumbuk masuk tabung selinder sedalam 1 foot (30,5 cm) yang ditentukan sebagai nilai N dengan satuan pukulan/kaki (blows per foot).
Pengujian penetrasi statis sesuai digunakan di Indonesia dengan kondisi lapisan tanah pasir/lanau atau lempung lunak (soft to medium stiff), dan hasilpengujian penetrasi statis (sondir) biasnya lebih tepat disbanding hasil pengujian dianamis SPT (Wesley,1974)

PONDASI BANGUNAN



Pondasi adalah suatu bagian dari konstruksi bangunan yang bertugas meletakkan bangunan dan bertugas meneruskan beban bangunan atas ( upper structure/super structure ) ke dasar tanah yang cukup kuat mendukungnya. Untuk tujuan itu pondasi bangunan harus diperhitungkan dapat menjamin kestabilan bangunan terhadap berat sendiri, beban-beban bangunan dan gaya gaya luar, seperti tekanan angin, gempa bumi dan lain lain, dan tidak boleh terjadi penurunann pondasi setempat ataupun penurunan pondasi yang merata lebih dari batas tertentu.
Kegagalan fungsi pondasi dapat disebabkan karena “base-shear failure” atau penurunan berlebihan, dan sebagai akibatnya dapat timbul kerusakan structural pada kerangka bangunan atau kerusakan lain seperti tembok retak, lantai ubin pecah dan pintu jendela yang sukar dibuka.
Agar dapat dihindari kegagalan fungsi pondasi, maka pondasi bangunan harus diletakan pada lapisan tanah yang cukup keras/padat serta kuat. Untuk mengetahui letak/ kedalaman lapisan tanah padat dengan daya dukung yang cukup besar, maka perlu dilakukan penyelidikan tanah.
Pondasi bangunan bisa dibedakan sebagai pondasi dangkal (shallowe foundations) dan pondasi dalam (deep foundations), tergantung dari perbandingan kedalaman pondasi dengan lebar pondasi, dan secara umum digunakan patokan:
a.       Jika kedalaman dasar pondasi  dari muka tanah kurang atau sama dengan lebar pondasi ( D≤B ) maka disebut pondasi dangkal.
b.      Jika kedalaman pondasi dari muka tanah adalah lebih dari lima kali lebar pondasi ( D>5B ) maka disebut pondasi dalam.
Jadi suatu pondasi plat dengan dimensi  5x5 m2 yang diletakan sedalam 5 m dari muka tanah akan digolongkan pondasi dangkal.

Untuk pondasi bangunan rumah tinggal dan gedung bertingkat biasa (ordinary low-rise buildings), karena berat bangunan relative tidak besar, maka biasanya cukup cukup digunakn pondasi dangkal yang disebut pondasi langsung(spread footing), yaitu dengan memperlebar bagian bawah dari kolom atau dinding bangunan, sehingga beban bangunan disebarkan (spread) menjadi desakan yang lebih kecil daripada daya dukung tanah yang diijinkan. Dimensi pondasi dihitung berdasar beban bangunan dan daya dukung tanh yang diijinkan.
Af = beban bangunan/daya dukung tanah
Af adalah luas pondasi.
Kedalaman pondasi langsung makin dangkal akan semakin murah dan semakin mudah pelaksanaannya, tetapi ada beberapa factor yang harus diperhatikan:
a.       Dasar pondasi harus diletakan di bawah laisan tanah teratas (top soils) yang mengandung humus/bahan organic/sisa tumbuh-tumbuhan.
b.      Kedalaman tanah urug(sanitary land fill) atau tanah lunak lain(peat muck)
c.       Kedalaman yang dipengaruhi sifat retak retak atau kembang susut.
d.      Kedalamn muka air tanah.
e.       Letak dan kedalaman pondasi bangunan lama yang berdekatan.
Dengan mempertimbangkan faktor- fkctor tersebut , maka kedalaman dasar pondasi langsung di Indonesia biasnya diletakkan 0,60 meter sampai 3 meter di bawah muka tanah.
Pondasi langsung menurut bentuk konstruksinya biasa dibagi menjadi 4 macam:
a.       Pondasi menerus(continuous footing)
b.      Pondasi telapak( indifidual footing)
c.       Pondasi kaki gabungan (combined footing)
d.      Pondasi plat( mat footing/Raft footing)