PENUNTUN PRAKTIKUM
MEKANIKA TANAH

JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HINDU
INDONESIA
DENPASAR
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa atas
karuniaNya, buku Penuntun Praktikum Mekanika Tanah ini dapat diselesaikan. Buku
ini disusun untuk memberikan petunjuk umum (secara garis besar) kepada
mahasiswa program S-1 Program Studi Teknik Sipil dalam persiapan pelaksanaan
Praktikum Mekanika Tanah. Penjelasan lebih
detail diberikan secara langsung di lapangan oleh pembimbing.
Dengan
keterbatasan yang dimiliki penyusun, maka buku ini masih banyak kekurangan,
oleh karenanya saran dan kritik untuk perbaikan dan penyempurnaan akan diterima
dengan senang hati.
Pada
kesempatan ini tak lupa kami panjatkan ucapan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu sehingga terselesaikannya pembuatan Buku penuntun Praktikum
ini.
Denpasar, Maret 2016
Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Mengingat pentingnya peranan
tanah di dalam daya dukung bangunan maka pembangunan harus selektif mungkin
guna menghindari dampak negatif bagi bangunan dan tanah tersebut.
Untuk mengurangi dampak
negatif bagi bangunan dan tanah itu sendiri maka diperlukan percobaan
penelitian keadaan tanah yang nantinya bermanfaat dalam pekerjaan suatu proyek
konstruksi.
1.2
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum
ini adalah :
1.
Menerapkan teori-teori atau ilmu yang diperoleh di bangku
perkuliahan
2.
Mendalami dan memahami masalah yang ada hubungannya dengan
praktikum mekanika tanah.
3. Untuk dapat mengetahui fungsi dan cara kerja alat sesuai dengan jenis
praktikum yang akan dilaksanakan.
4. Mengetahui daya dukung tanah dalam menentukan jenis-jenis tanah pondasi
yang bisa dipakai.
1.3
Manfaat Praktikum
Praktikum ini bermanfaat
untuk dapat diterapkan dalam pelaksanaan proyek yang akan dihadapi dalam
permasalahan mekanika tanah.
1.4
Jenis-jenis Praktikum
Berdasarkan materi
perkuliahan Mekanika Tanah I dan II, maka praktikum ini meliputi beberapa jenis
praktikum antara lain :
-
Pengambilan Contoh Bahan/ tanah
-
Metode Lapangan Penyondiran
-
Bor Tangan (Hand Bor)
-
Kepadatan Lapangan Dengan Sand Cone
-
Berat Jenis Tanah (Specific Grafity)
-
Batas Cair (Liquid Limit)
-
Batas Plastis (Plastic Limit)
-
Batas Susut (Shrinkage Limit)
-
Kadar Air Tanah
-
Analisa Saringan (Sieve Analysis)
-
Permeabilitas (Permeability)
-
Kuat Tekan Bebas (Unconfined Compressive Strength)
-
Kepadatan Standar
-
Kepadatan Berat (Modified)
BAB II
PEMBAHASAN
- PENGAMBILAN CONTOH BAHAN
Hasil-hasil pemeriksaan tidaklah besar daripada usaha mendapatkan contoh
yang mewakili dari bahan yang diperiksa. Ketelitian dalam pengambilan contoh
sama pentingnya dengan ketelitian pemeriksaan.Apabila suatu contoh tidak
mewakili dari bahan yang diperiksa, setiap pengujian atau pemeriksaan contoh,
hanya berlaku untuk contoh itu saja, dan bukan untuk keseluruhan bahan darimana
contoh itu diambil. Mengingat biaya pengambilan contoh ini kadang-kadang cukup
besar maka cara-cara pengambilan contoh yang baik perlu diperhatikan.
Contoh bahan yang diambil untuk diselidiki dilaboratorium harus
dilengkapi atau diberi label yang berisi keterangan nomor, lokasi pengambilan,
tanggal pengambilan dan sebagainya. Label contoh harus selalu tetap berada
bersama jika contoh itu dipecah atau diproses dengan cara tertentu.
Kekacauan contoh biasanya merupakan salah satu penyebab terbesar dari
ketidaktelitian di laboratorium.
PETUNJUK UNTUK PRAKTIKUM
- Persiapkan diri anda sebaik-baiknya dengan membaca buku penuntun praktikum dan teori dasar dari jenis-jenis praktikum sebelum anda memulai melakukan praktikum
- Buatlah rencana jadwal pembagian waktu praktikum sesuai dengan waktu yang disediakan agar pelaksanaan praktikum dapat berlangsung lancar dan terarah.
- Buatlah laporan praktikum sesuai dengan petunjuk dari pembimbing praktikum anda.
- Biasakanlah menyelesaikan tugas-tugas dengan kesungguhan, tanggung jawab, disiplin serta tepat waktu.
- Ingatlah, apa yang dapat anda kerjakan hari ini, lakukanlah jangan ditunda sampai esok.
UNTUK PENGAMBILAN CONTOH BAHAN
Latihlah diri anda sendiri
mempersiapkan beberapa contoh yang berbeda-beda untuk mengenal dan
mengklasifikasikan tanah dengan menggunakan kedua sistem klasifikasi AASHTO dan
Unified Classification System.
- METODE LAPANGAN PENYONDIRAN
A.
Maksud
Metode ini
menggambarkan penyelidikan tanah dilapangan dimaksudkan untuk mengetahui
perlawanan penetrasi konus dan hambatan lekat tanah. Perlawanan penetrasi konus
adalah perlawanan tanah terhadap ujung konus yang dinyatakan gaya persatuan
luas. Hambatan lekat adalah perlawanan geser tanah terhadap selubung bikonus
dalam gaya persatuan panjang.
B.
Peralatan
a.
Mesin Sondir
b.
Satu set (30) buah stang sondir lengkap dengan stangg dalam
yang panjang masing-masing 1,0 meter.
c.
Manometer masing-masing 2 buah dengan kapasitas :
i.
Kapasitas 0-50 kg/cm2
ii.
Kapasitas 0-250 kg/cm2
d.
Satu buah patent konus dan satu buah bikonus
e.
4 (empat) buah angker dengan perlengkapan (angker daun atau
angker spiral)
f.
Kunci-kunci pipa, alat-alat pembersih, oli/minyak (kastrol
oli, sae 10) dan lain-lain.
C Prosedur
a.
Bersihkan lokasi percobaan lalu pasanglah keempat angker
spiral dengan jarak tertentu agar cocok dengan kaki sondir.
b.
Jepitlah kaki sondir pada jangkar tadi lalu atur posisi
sondir agar tegak lurus dengan cara mengendurkan kunci tiang samping.
c.
Bukalah baut penutup lubang pengisian oli dan kedua
manometer. Buka kedua kran manometer lalu pasang kunci piston pada ujung
piston.
d.
Tekan kunci piston keatas sampai oli keluar semua.
e.
Setelah oli yang lama habis, pasang kedua piston tadi (kran
tetap terbuka).Isilah oli dari lubang pengisian oli sampai penuh (kunci piston
ditarik kebawah). Gerakan kunci piston naik turun untuk menghilangkan gelembung
udara. Setelah tidak ada gelembung udara tersisa, tutup lubang pengisian oli
tadi. Ruang oli harus terisi oli sampai penuh.
f.
Putar engkol pemutar kekanan sehingga ruang oli terangkat.
g.
Pasang panent konus/bikonus pada ujung stang sondir berikut
stang dalamnya. Tempatnya stang sondir tersebut pada lubang pemusat pada kaki
sondir tepat dibawah oli.
h.
Dorong treker pada posisi lubang terpotong lalu putarlah
engkel pemutar sampai menyentuh ujung atas stang sondir. Percobaan dan
pengukuran sudah siap dilakukan.
i.
Tiang sondir diberi tanda setiap 20 cm dengan menggunakan
kapur mulai dari posisi sekarang, gunanya untuk mengetahui dimana akan
dilakukan pembacaan manometer.
j.
Engkol pemutar kembali
diputar sehingga patent konus/bikonus masuk kedalam tanah. Setelah mencapai
batas 20 cm (lihat tanda akpur), engkol pemutar diputar sediikit dengan arah
berlawanan, treker ditarik kedepan dalam posisi lubang bulat penuh.
k.
Buka kran yang menuju manometer 60 kg/cm2
l.
Engkol pemutar diputar kembali sehingga stang dalam tertekan
kedalam tanah dengan kecepatan 2 cm/dt. Stang dalam akan menekan piston lalu
akan menekan oli didalamnya, tekanan yang terjadi akan terbaca pada manometer.
Patent konus hanya akan mengukur tahanan ujung konus (qc) sedangkan bikonus
akan mengukur tahanan ujung konus dan gesekan dinding terhadap tanah.
m.
Tekan stang dalam
sejarak 4 cm lalu catat angka yang ditunjukkan oleh manometer. Teruskan
penekanan sejarak 3 cm lagi dan catat kembali angka yang ditunjukkan oleh
manometer. Angka pertama menunjukkan tahanan ujung konus sedangkan angka kedua
menunjukkan jumlah tahanan ujung konus dan gesekan.
n.
Lakukan penekanan dengan hati-hati dan amati selalu jarum
manometer. Bila diperkirakan tekanan oli akan melebihi kapasitas manometer,
tutup kran manometer tersebut, dan kran manometer kapasitas besar dibuka. Stang
sondir jangan menyentuh piston karena dapat menyebabkan kelebihan tekanan
secara drastis dan merusak manometer.
o.
Putar kembali engkol pemutar berlawanan arah lalu posisi
treker dipindahkan kembali menjadi posisi lobang terpotong. Lakukan penekanan
kembali sejarak 20 cm berikutnya dan
ulangi prosedur 1 s/d n.
p.
Setelah mencapai kedalaman 1,0 meter, batang sondir perlu
disambung dengan yang terdahulu. Gunakan kunci pipa untuk mengencangkannya.
Ulangi prosedur h s/d o.
q.
Setelah mencapai kedalaman tanah keras (tahanan konus lebih
besar dari 150 kg/cm2) percobaan dihentikan.
Stang sondir
yang sudah tertanam perlu dicabut kembali :
-
Putar engkol pemutar agar piston penekan terangkat.
-
Tarik treker pada posisi lubang penuh
-
Pasang Kop Penarik
-
Putar engkol pemutar sampai treker melewati kepala stang
sondir.
-
Dorong treker pada posisi lubang terpotong
-
Putar engkol pemutar sehingga stang sondir terangkat sampai
stang sondir berikutnya terlihat.
-
Tahan stang sondir bawah dengan kunci pipa agar rangkaian
dibawahnya tidak jatuh.
-
Lepaskan stang sondir atas dengan kunci pipa yang lain.
-
Ulangi prosedur ini untuk stang sondir berikutnya.
-
Percobaan sondir telah selesai dilakukan.
D Perhitungan :
a.Hambatan lekat
dihitung dengan rumus :
HL = (jp-pk) A/B
A = Tahap Pembacaan = 20 cm
B = Faktor alat atau,
Luas konus
Luas Torak
b. Jumlah
hambatan lekat = jHLi = HL
i = kedalaman yang dicapai konus.
c. Buatlah
grafik :
. perlawanan penetrasi konus
(pk) pada tiap kedalaman
** Jumlah hambatan lekat (JHL) pada tiap kedalaman.
E Pelaporan
a.
Lokasi titik sondir
b.
Laporkan grafik
i.
Perlawanan penetrasi konus (pk) pada tiap kedalaman
ii.
Jumlah hambatan lekat (JHL) pada tiap kedalaman
F Catatan
a.
Keuntungan yang diperoleh dari penggunaan alat ini adalah :
i.
Cukup baik untuk digunakan pada lapisan yang berbutir halus
ii.
Dapat dengan cepat menentukan letak lapisan tanah keras
iii.
Dapat memperkirakan perbedaan lapisan tanah
iv.
Dengan rumus empiris hasilnya dapat digunakan untuk
menghitung daya dukung lapisan tanah yang berbutir halus.
b.
Kerugiannya :
i.
Tidak tepat digunakan untuk lapisan tanah yang berbutir
kasar, terutama lapisan yang mengandung kerikil dan batu.
ii.
Tidak dapat mengetahui jenis tanah secara langsung.
iii.
Jika alat tidak lurus/ tidak vertikal dan konus/bikonus tidak
bekerja dengan baik, stang dalam dapat macet maka hasil yang diperoleh bisa
meragukan.
- BOR TANGAN (HAND BOR)
A.
Maksud :
Pekerjaan pemboran
dilakukan untuk mengambil contoh tanah dari berbagai kedalaman. Biasanya
dilakukan disamping lubang sondir agar didapatkan korelasi antara kekuatan
tanah dan jenis tanah yang dikandungnya. Kedalaman maksimum yang dapat
dilakukan oleh bor tangan adalah 10 meter (<10.00 meter) dan hanya untuk
tanah lunak.
B.
Peralatan :
a.
Bor jenis iwan (iwan auger)
b.
Spiral auger
c.
Satu set stang bor
d.
Pemutar stang bor
e.
Tabung contoh
f.
Stick aparat
g.
Kunci pipa dan obeng
h.
Palu besar
i.
Kaleng lapangan
j.
Lilin/parafin
k.
Kantong plastik
l.
Pita ukur
m.
Kompor
n.
Pisau pemotong contoh
C.
Prosedur
a.
Bersihkan daerah disekitar lubang yang akan dibor
b.
Pasang auger pada stang bor lalu pasang pemutarnya.
c.
Tekan auger kedalam tanah sambil diputar, setelah contoh
tanah mengisi auger sampai penuh kemudian auger diangkat dengan hati-hati
d.
Keluarkan contoh tanah dari dalam auger untuk dibuat
deskripsi jenis tanah dan bahan-bahan yang dikandungnya. Simpan dalam kaleng
lapangan/kantong plastik dan diberi label yang berisi keterangan nomor, titik
bor, kedalaman, tanggal dsb.
e.
Untuk pengambilan contoh tidak asli (disturb sample) contoh
ini dapat diambil dengan bor sesuai dengan prosedur c dan d sampai tercapai
kedalaman yang diinginkan, dan hanya digunakan untuk keperluan klasifikasi dan
deskripsi tanah.
f.
Untuk pengambilan contoh tanah asli (undisturb sample)
digunakan tabung contoh. Auger yang tadi digunakan sekarang diganti dengan
tabung contoh yang telah disambung dengan stick aparat. Masukkan kedalam lubang
yang telah terbentuk. Bila tanahnya cukup lunak, tabung contoh ditekan
perlahan-lahan sampai masuk kedalam 40 cm kemudian diputar satu kali untuk
melepaskan/memotong contoh tanah pada dasar tabung kemudian diangkat. Bila
tanahnya cukup keras sehingga tabung tidak dapat ditekan masuk, gunakan palu
untuk memukulnya perlahan-lahan.
g.
Setelah didapatkan contoh asli dalam tabung, lepaskan stick
aparat lalu dinding luar tabung dibersihkan. Potonglah bagian ujung tanah
setebal 1 cm untuk tempat cairan/parafin.
h.
Sementara tabung dibersihkan, panaskan lilin diatas kompor
agar mencaair. Tuangkan cairan pada salah satu ujung tabung lalu tunggu sampai
mengering, kemudian lakukan hal yang sama untuk ujung yang lainnya. Dengan
demikian contoh tanah sudah terlindung dari pengaruh sekitarnya.
i.
Tuliskan label yang berisi nomor titik bor, kedalaman bagian
atas/bawah, tanggal pengambilan contoh tersebut.
j.
Contoh tanah asli ini sebaiknya dimasukkan kembali kedalam
tabung pelindung terutama bila tempat pemeriksaan/laboratorium cukup jauh.
D.
Pelaporan :
Buat laporan
deskripsi tanah untuk tiap kedalaman yang diselidiki.
- KEPADATAN LAPANGAN DENGAN (SAND CONE)
A.
Maksud :
Untuk menentukan
nilai kepadatan ditempat dari lapisan tanah atau perkerasan yang telah
dipadatkan.
B.
Peralatan :
a.
Botol transparan (botol sand cone) kapasitas 4 liter
b.
Corong sand cone diameter 16,51 cm
c.
Pelat untuk corong ukuran 3018 cm x 30,48 cm dengan lubang
bergaris tengah 16,51 cm
d.
Pasir gradasi
e.
Pahat
f.
Palu
g.
Sendok tanah
h.
Kaleng lapangan
i.
Timbangan kapasitas 10 kg dengan ketelitian 1,0 gram
j.
Timbangan kapasitas 500 gram dengan ketelitian 0,1 gram
k.
Oven pengering
C.
Prosedur
a.
Menentukan isi botol pasir
i.
Timbangan alat (botol + corong) = W1 gram
ii.
Letakkan alat dengan botol dibawah, bukalah kran dan isi
dengan air jernih sampai penuh diatas kran, tutuplah kran dan bersihkan
kelebihan air.
iii.
Timbanglah alat yang terisi air = W2 gram, Berat air = isi
botol pasir
iv.
Lakukan langkah ii dan iii tiga kali dan ambil harga
rata-rata dari ketiga hasil. Perbedaan masing-masing pengukuran tidak boleh
lebih dari 3 cm 3.
b.
Menentukan berat isi pasir
i.
Letakkan alat dengan botol dibaeah pada dasar yang rata,
tutup kran dan isi corong pelan-pelan dengan pasir.
ii.
Bukalah kran, isi botol sampai penuh dan dijaga agar selama
pengisian corong selalu terisi paling sedikit setengahnya.
iii.
Tutup keran, bersihkan kelebihan pasir diatas kran dan timbanglah
= W3 gram.
c.
Menentukan berat pasir dalam corong
i.
Isi botol pelan-pelan dengan pasir secukupnya dan timbang =
W4 gram
ii.
Letakkan alat dengan corong dibawahnya pada plat corong, pada
dasar rata dan bersih
iii.
Buka kran pelan-pelan sampai pasir berhenti mengalir.
iv.
Tutup kran, dan timbanglah alat berisi sisa pasir = W5 gram
v.
Hitunglah berat pasir dalam corong = W4 – W5 gram
d.
Menentukan berat isi tanah
i.
Isi botol dengan pasir secukupnya
ii.
Ratakan permukaan tanah yang akan diperiksa. Letakkan plat
corong permukaan yang telah rata tersebut. Dan kokohkan dengan paku di keempat
sisinya.
iii.
Galilah lubang sedalam minimal 10 cm
iv.
Seluruh tanah hasil galian dimasukkan kedalam kaleng yang
tertutup yang telah diketahui beratnya = W9 gram. Dan timbang kaleng dan tanah
= W8 gram
v.
Timbang alat dengan pasir didalamnya = W6 gram
vi.
Letakkan alat pada tempat (ii), corong kebawah diatas pelat
corong dan buka kran pelan-pelan sehingga pasir masuk kedalam lubang. Setelah
pasir berhenti mengalir tutup kran kembali dan timbang alat dengan sisa pasirnya
= W7 gram.
vii.
Ambil tanah sedikit dari kaleng untuk penentuan kadar air W%
e.
Perhitungan
Isi botol =
berat air = (W2 – W1) cm3
Berat isi pasir
∂p = (W3 – W1) gram
(W2 – W1)
Berat pasir
dalam corong = (W4 –W5) gram
Berat pasir
dalam lubang=(W6–W7)-(W4-W5)=W10 gram
Isi lubang =
W10/∂p = Ve cm3
Berat tanah =
(W8 –W9) gram
Berat isi tanah
= ∂ = W8 – W9/ We gram/cm3
Berat isi kering
tanah = ∂d lap = (∂/ 100+W)x100% gram/cm3
Derajat
kepadatan dilapangan = D = ∂d lap/∂d lab x 100%
f.
Pelaporan
D (derajat
kepadatan dilapangan) dilaporkan dengan bilangan bulat dalam persen.
5 BERAT
JENIS TANAH SPECIFIC (GRAVITY)
A.
Maksud : Untuk menentukan berat
jenis tanah yang mempunyai butiran lewat saringan No. 4 dengan piknometer.
Berat jenis tanah adalah perbandingan antara berat butir tanah dan berat air
suling dengan isi yang sama pada suhu tertentu.
B.
Peralatan:
1.
Piknometer dengan kapasitas minimum 100ml atau botol ukur
dengan kapasitas minimum 50ml.
2.
Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram.
3.
Deksikator
4.
Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi
(110±5)ºC.
5.
Termometer 0º-50ºC.
6.
Saringan No.4, No.10, No.40 dan pan
7.
Botol berisi air suling
8.
Bak perendam
9.
Pompa hampa udara (pompa vacuum) atau tungku listrik (kook
plaat)
C.
Prosedur :
1.
Siapkan contoh tanah sebanyak ±25 gram yang lolos saringan
No.4 dan kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 110ºC selama 24 jam.
2.
Dinginkan dalam desikator.
3.
Cuci piknometer dengan air suling dan keringkan. Timbang
piknometer dan tutupnya dengan ketelitian 0,01 gram (W1)
4.
Masukkan contoh tanah kedalam piknometer dan timbang bersama
tutupnya dengan ketelitian 0,01 gram (W2)
5.
Tambahkan air suling sehingga piknometer terisi dua pertiga
untuk bahan yang mengandung lempung diamkan contoh tanah terendam selama paling
sedikit 24 jam.
6.
Didihkan isi piknometer dengan hati-hati selama minimal 10
menit, dan miringkan botol sekali-sekali untuk membantu mempercepat pengeluaran
udara yang tersekap.
7.
Di dalam hal mempergunakan pompa vacuum tekanan udara didalam
piknometer atau botol ukur tidak boleh dibawah 100mm Hg. Kemudian isilah
piknometer dengan air suling dan biarkan piknometer beserta isinya untuk
mencapai suhu konstan didalam bejana air/bak perendam. Sesudah suhu konstan
tambahkan air suling seperlunya sampai tanda batas atau sampai penuh. Tutuplah
piknometer, keringkan bagian luarnya dan timbang dengan ketelitian 0,01 gram
(W3). Ukur suhu dari isi piknometer.
8.
Bila isi piknometer belum diketahui maka tentukan isinya
sebagai berikut: Kosongkan piknometer dan bersihkan. Isi piknometer dengan air
suling yang suhunya sama dengan suhu pada (e) dan pasang tutupnya. Keringkan
bagian luarnya dan timbang dengan ketelitian 0,01 gram (W4).
9.
Pemeriksaan dilalukan ganda (Dulpo)
D.
Perhitungan :
1.
Hitung berat jenis contoh dengan rumus diibawah ini :
Gs = W2 –W1
(W4 – W1) – (W3 – W2)
W1 = berat piknometer (gram)
W2 = berat piknometer dan abah kering (gram)
W3 = berat piknometer, bahan dan air (gram)
W4 = berat piknometer dan air (gram)
Apabila hasil
kedua pemeriksaan berbeda lebih dari 0,03 pemeriiksaan harus diiulang.
2.
Ambil harga rata-rata dari hasil kedua pemeriksaan tersebut.
E.
Pelaporan
Berat jenis
dilaporkan sesuai dengan form yang disediakan.
F.
Catatan
Kalibrasi
piknometer :
i.
Piknometer dibersihkan, dikeringkan, ditimbang dan beratnya
dicatat (W1). Piknometer diisi air suling dan dimasukkan kedalam bejana air
pada suhu 25ºC tutupnya dipasang. Bagian luar piknometer dikeringkan dan
piknometter beserta isinya ditimbang
(W25).
ii.
Dari nilai W25 yang ditentukan pada suhu 25ºC, susunlah tabel
harga W4 untuk suatu urutan suhu kira-kira antara 18ºC s/d 31ºC, harga-harga W4
dihitung sebagai berikut :
W4 = W25xk
W4 = Berat piknometer dan air yang
telah diikoreksi
W25 = Berat piknometer dan air pada suhu
25ºC.
K = Faktor koreksi
6 BATAS CAIR (LIQUID LIMIT)
A.
Maksud : untuk menentukan kadar
air suatu tanah pada keadaan batas cair. Batas cair adalah kadar air batas
dimanna suatu tanah berubaah dari keadaan cair menjadi plastis.
B.
Peralatan :
1.
Alat batas cair standard
2.
Alat pembuat alur (groving tool) ASTM
3.
Alat pembuat alur (grooving tool) cassagrande
4.
Spatula
5.
Pelat kaca
6.
Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
7.
Cawan porselin
8.
Air suling
9.
Oven
10. Saringan No.40
11. Cawan aluminium
C.
Prosedur :
1.
Bersihkan mangkok batas cair dari lemak atau kotoran yang
menempel
2.
Atur tinggi mangkok. Kendurkan kedua baut penjepit lalu putar
tuas pemutar sampai posisi mangkok mencapai tinggi maksimum. Putar baut
belakang sehingga ujung tangkai allat penbuuat alur ASTM tepat masuk diantara
dasar mangkok dan alas.
3.
Ambilah contoh tanah sekitar 100 gram yang lolos saringan
No.40 lalu letakkan diatas plat kaca pengaduk.
4.
Dengan menggunakan spatula, aduklah contoh tanah tersebut
dengan menambahkan air suling sedikit demi sedikit, sampai didapat campuran
homogen.
5.
Setelah contoh menjadi campuran yang merata, ambil sebagian
contoh tanah ini dan letakkan diatas mangkok alat batas cair, ratakan
permukaannya sedemikian sehingga sejajar dengan dasar alat. Lapisan tanah yang
paling tebal adalah 1 cm.
6.
Buatlah alur dengan jalan membagi dua contoh tanah dalam mangkok
itu, dengan menggunakan alat pembuat alur (groving tool) melalui garis tengah
pemegang mangkok dan semitris. Pada waktu membuat alur posisi alat pembuat alur
(grooving tool) harus tegak lurus permukaan mangkok.
7.
Putarlah alat sedemikian, sehingga mangkok naik/jatuh dengan
kecepatan 2 (dua) putaran per detik (dalam 1 detik mangkok jatuh 2 kali).
Pemutaran ini dilakukan terus sampai dasar alur contoh bersinggungan (kedua
sisi tanah bertemu) sepanjang kira-kira 1,25 cm dan catat jumlah pukulan yang
diperlukan pada waktu bersinggungan.
8.
Ambillah contoh tanah langsung dari mangkok pada alur,
kemudian masukkan kedalam cawan yang telah dipersiapkan. Kemudian tentukan
kadar airnya.
9.
Kembalikan contoh tanah keatas kaca pengaduk, dan mangkok
alat batas cair bersihkan. Contoh tanah diaduk kembali dengan merubah kadar
airnya. Kemudian ulangi prosedur 4-7 minimal 3 (tiga) kali dengan variasi kadar
air yang berbeda.
D.
Perhitungan
Hasil-hasil yang
diperoleh berupa jumlah pukulan dan kadar air ybs. Kemudian digambarkan dalam
bentuk grafik. Jumlah pukulan sebagai sumbu mendatar dengan skala logaritma,
sedangkan besarnya kadar air sebagai sumbu tegak dengan skala biasa.Buatlah
garis lurus melalui titk-titik itu. Jika ternyata titik-titik yang diperoleh
tidak terletak pada satu garis, maka buatlah garis lurus melalui titik berat
titik-titik tersebut. Tentukanlah besarnya kadar air pada jumlah pukulan 25
(dua lima) dan kadar air inilah yang merupakan batas cair (liquid limit) dari
tanah tersebut.
E.
Pelaporan
Catatan pada
formulir laboratorium, contoh tanah yang diperiksa dalam keadaan asli atau
telah kering udara, disaring atau tidak.
F.
Catatan
1.
Alat yang akan dipakai harus dipakai dulu sebelum dipakai dan
harus dalam keadaan bersih dan kering.
i.
Periksa tinggi jatuh mangkok alat batas cair apakah sudah
tepat 1,0 cm, mangkok inni harus bersih, kering dan tidak goyang.
ii.
Alat pembuat alur harus bersih, kering dan tidak aus.
iii.
Cawan kadar air yang akan dipakai diberi tanda kemudian
ditimbang untuk menentukan beratnya.
2.
Beberapa jenis lempung akan mengalami kesulitan untuk diaduk
dan kadang-kadang jika terlalu banyak atau lama pengadukannya akan berubah
sifat. Agar pengadukan dapat dilakukan dengan lebih mudah dan lebih cepat, maka
adukan disimpan dulu dan tutup dengan kain basah atau contoh yang telah
disiapkan direndam dulu selama 21 jam.
3.
Proses bersinggungan kedua sisi tanah harus terjadi karena
aliran dan bukan karena geseran antara tanah dan mangkok. Kalau ternyata
terjadi pergeseran, maka percobaan harus diulangi beberapa kali dengan kadar air
berbeda, dan kalau masih terjadi pergeseran ini maka harga batas cair ini tidak
dapat diperoleh.
4.
Selama berlangsungnya percobaan kadar air tertentu, contoh
tanah tidak boleh dibiarkan mengering atau terjadi perubahan kadar air, atau
dengan kata lain kadar air harus dijaga konstan.
5.
Untuk memperoleh hasil yang teliti, jumlah pukulan diambil
antara 10-20, 20-30, 30-40.
6.
Alat pembuat alur cassagrande digunakan untuk tanah kohesif
sedangkan type ASTM untuk tanah non kohesif.
7. BATAS PLASTIS (PLASTIC LIMIT)
A.
Maksud : Untuk menentukan kadar
air suatu tanah pada keadaan batas plastis. Batas plastis adalah kadar air
minimum dimana suatu tanah masih dalam keadaan plastis.
B.
Peralatan :
1.
Plat kaca
2.
Spatula
3.
Cawan untuk menentukan kadar air
4.
Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
5.
Air suling
6.
Batas pembanding dengan diameter 3 mm panjang 10 cm.
7.
Oven
8.
Saringan No. 40
C.
Prosedur
1. Ambil contoh
tanah kurang lebih 20 gram yang lolos saringan No. 40 lalu letakkan diatas plat
kaca pengaduk.Gunakan spatula untuk mengaduknya sehingga didapat campuran
homogen.
2. Setelah
didapat campuran yang homogen, buatlah bola-bola tanah itu digeleng-geleng
diatas plat kaca. Penggelengan dilakukan dengan telapak tangan dengan kecepatan
80-90 gelengan per menit.
3. Penggelengan
dilakukan terus sampai tanah tersebut membentuk batang diameter 18 (3mm). Kalau pda waktu peenggelengan itu
ternyata sebelum contoh tanah itu mencapai diameter 3 mm sudah retak, maka
benda uji disatukan kembali, ditambahkan air sedikit dan diaduk sampai merata.
Jika ternyata penggelengan benda-benda itu bisa mencapai diameter lebih kecil
dari 3 mm tanpa menunjukkan retak-retak, maka contoh tanah dibiarkan beberapa
saat diudara, agar kadar airnya berkurang karena penguapan.
8. BATAS SUSUT (SHRINKAGE LIMIT)
A. Maksud : Untuk menentukan kadar air contoh tanah pada peralihan
keadaan semi padat dan keadaan padat.
B. Peralatan:
1. Prong plate
2. Monel dish
3. Cristalizing dish
4. Cawan petry
5. Mercury/air raksa (hg)
6. Porcelin dish
7. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
8. Oven
9. Saringan N0. 40
10. Air suling
11. valising/orease
C. Prosedur.
1. Siapkan tanah yang lolos
saringan No. 40 sekitar 30 gram
2.Letakkan tanah tersebut
dalam porcelin dish, tambahkan air suling secukupnya untuk mengisi seluruh
pori-pori tanah. Banyaknya air suling yang dibutuhkan agar tanah mudah diaduk
kira-kira sedikit lebih tinggi daripada kadar air batas cair.
3. Oleskan sedikit vaseline
grease pada monel dish untuk mencegah lekatan tanah.
4. Isi 1/3 bagian monel dish
dengan pasta tanah yang telah dipersiapkan lalu pinggir monel dish
diketuk-ketuk ringan dengan pasta tanah mengalir kesamping dan memadat. Lakukan
hal yang sama untuk lapisan berikutnya sehingga pasta tanah mengisi monel dish
dengan padat. Dan tidak ada gelembung-gelembung udara yang terperangkap.
Terakhir isi sampai penuh dan sampai ada yang tertumpah keluar.
5.Ratakan permukaan tanah
dengan pisau pemotong/mistar sehingga permukaan tanah benar-benar rata.
6.Bersihkan bagian luar
monel dish lalu ditimbang (W1)
7. Diamkan monel dish yang
berisi pasta tanah tersebut diudara terbuka sampai warnanya berubah menjadi
lebih muda (± 4 jam) sehingga terjadi penguapan lalu masukkan kedalam oven
selama 24 jam pada suhu 110 ºC.
8.Setelah kering, masukkan
dalam decikator dan setelah dingin kemudian ditimbang (W2).
9. Timbang monel dish kosong yang telah dibersihkan
(W3).
10. Ukur volume monel dish :
* Isi monel dish dengan air
raksa sampai meluap kemudian tekan plat kaca diatasnya dengan kuat sehingga
kelebihan air raksa akan keluar.
* Timbang monel dish berikut
air raksa (W4).
* Hitung volume monel dish
yaitu berat air raksa (W4-W3) gram dibagi 13,6 gram/cm3.
11. Ukur volume tanah kering
:
* Tempatkan cristalizing
dish pada cawan petri besar.
* Isi Kristalizing dish
dengan air raksa sampai meluap.
* Letakkan prong plate
diatas cristalizing dish lalu ditekan sehingga kelebihan air raksa akan keluar
dan ditampung dalam cawan petri besar.
* Angkat cristalizing dish
dari dalam cawan petri besar kemudian air raksa dalam cawan petri besar
tersebut dipindahkan kedalam botol penyimpan.
* Bersihkan cawan petri dari
air raksa yang tersisa lalu ditimbang (W5).
* Letakkan kembali
cristalizing dish tadi kedalam cawan petri kemudian contoh tanah yang sudah
kering diletakkan diatasnya.
* Tekan contoh tanah
tersebut dengan menggunakan prong plate sampai tenggelam. Jangan sampai ada
udara yang terperangkap dibawah prong plate.
* Timbang cawan petri yang
berisi tumpahan air raksa tersebut (W6).
* Hitung volume air raksa
yang tumpah. Volume ini sama dengan volume tanah kering.
D. Perhitungan :
1. Hitung kadar air contoh
basah yang pertama kali dimasukkan kedalam monel dish.
2. Hitung volume contoh
basah.
3. Hitung volume setelah
dikeringkan.
4. Besarnya batas susut
(shrinkage limit) dihitung rumus :
SL = W V-Vo x 100%
Wo
W = W
– Wo x 100%
Wo
SL = Batas susut
W =
kadar air contoh basah
W =
berat contoh basah
Wo = berat contoh kering
V =
Volume contoh basah
Vo = Volume contoh kering
E.Catatan
1. Jika berat jenis
diketahui, maka batas susut ini dapat dihitung dengan rumus :
SL = ( 1/R
- 1/G ) x 100%
R
= Wo / Vo
9. KADAR AIR TANAH
A. Maksud :
Untuk menetukan kadar air tanah.
Kadar air tanah adalah
perbandingan antara berat air yang terkandung dalam tanah dengan berat kering
tanah tersebut dinyatakan dalam persen.
B.Peralatan :
1. Oven
2. Cawan
3. Timbangan
4. Desikator
C. Prosedur
1. Contoh tanah yang
mewakili tanah yang diperiksa ditempatkan dalam cawan yang bersih, kering dan
diketahui beratnya.
2. Cawan dan isinya kemudian
ditimbang dan berat dicatat.
3. Tutup cawan dan kemudian
dibuka dan cawan ditempatkan dioven paling sedikit 4 jam atau sampai berat
konstan.
4. Cawan diitutup kemudian
didinginkan dalam desikator.
5. Setelah dingin ditimbang dan beratnya dicatat.
D. Perhitungan
Kadar air dapat dihitung sebagai berikut :
Berat cawan + tanah basah =
W1 gram
Berat cawan + tanah kering = W2 gram
Berat cawan kosong =
W3 gram
Berat air =
(W1-W2) gram
Berat bahan kering =
(W2-W3) gram
Kadar air =
W1 – W2 x 100%
W2 – W3
10. ANALISA SARINGAN (SIEVE ANALYSIS)
A. Maksud : Untuk distribusi ukuran butir tanah (gradasi)
B. Peralatan :
1. Mesin pengguncang saringan
2. Satu set saringan
3. Timbangan
4. Oven
5. Talam-talam
6. Kuas, sikat kuningan, sendok dan alat-alat lainnya.
C. Prosedur
1. Timbang berat
masing-masing saringan yang akan dipergunakan.
2. Letakkan pan diatas alas
pengguncang lalu susun saringan diatasnya. Saringan dengan ukuran lubang
terkecil diletakkan paling bawah.
3. Keringkkan benda uji
dalam oven kemudian ditimbang.
4. Masukkan benda uji
kedalam susunan saringan kemudian ditutup.
5. Kencangkan penjepit susunan saringan.
6. Hidupkan motor penggetar
mesin pengguncang selama 15 menit.
7. Setelah dilakukan
pengguncangan selama 15 menit, motor dimatikan dan diamkan selama 5 menit untuk
diberikan kesempatan debu-debu mengendap.
8. Timbang berat
masing-masing saringan beserta benda uji yang tertahan didalamnya, demikian
pula halnya dengan pan.
D. Perhitungan
1. Jumlah berat tertahan
untuk masing-masing ukuran saringan secara komulatif.
2. Jumlah prosentase berat
benda uji tertahan dihitung terhadap berat total secara akumolatif.
3. Jumlah prosentase berat
benda uji yang melalui masing-masing saringan dihitung.
E. Pelaporan
Laporan meliputi :
1.
Jumlah prosentase melalui masing-masing saringan, atau jumlah
prosentase diatas masing-masing saringan.
2.
Grafik gradasi.
11. PERMEABILITAS (PERMEABILITY)
A. Maksud :
Untuk menentukan nilai rembesan (k) tanah berbutir kasar maupun halus secara
laboratorium. Nilai rembesan (k) adalah nilai yang menyatakan kemudahan aliran
air melalui suatu contoh tanah. Dua metoda yang dipergunakan yaitu constant
head dan falling head.
B. Peralatan :
1. Tabung permeability
2. Batu pori (2 buah)
3. Cokong
4. Pegas
5. Gelas ukur
6. Slang-slang
7. Stop watch
C. Prosedur
1. Constant Head
a. Ambil sekitar
800 gram contoh tanah kering yang mengandung butiran tanah lolos saringan No.
200 lebih kecil dari 10%.
b. Campurkan air
secukupnya untuk menghindari regregasi selama pengisian tabung sehingga
campuran tersebut dapat mengalir bebas untuk membentuk lapisan-lapisan dalam
tabung.
c. Lepaskan
tutup tabung lalu masukkan batu pori kedalamnya.
d. Masukkan
campuran tanah tadi kedalam tabung dengan menggunakan corong dengan gerakan
melingkar. Pengisian diteruskan sampai didapat ketinggian tanah 6 cm.
e. Padatkan
lapisan tanah tersebut dengan alat penumbuk, ulangi prosedur (d) dan (e) sampai
ketinggian yang diinginkan.
f. Letakkan batu
pori diatasnya lalu masukkkan pegas bila diperlukan. Tutup kembali tabung
tersebut, catat tinggi benda uji dala tabung.
g. Hubungkan
slang intake kecorong lalu isi corong tersebut dengan air terus-menerus. Catat
jarak antara lubang pembuang corong dan lubang pengeluaran pada tabung. Biarkan
air meluap dan keluar melalui lubang pengeluaran, biarkan beberapa saat sampai
debit air keluar kontan.
2. Falling Head
a. Ambil contoh
tanah kering udara yang mengandung butiran tanah yang lolos saringan No. 200
lebih besar dari 90%.
b. Campurkan air
secukupnya untuk menghindari segregasi selama pengisian tabung sehingga
campuran tersebut dapat mengalir bebas untuk membentuk lapisan-lapisan dalam
tabung.
c. Lepaskan tutup
tabung lalu masukkan batu pori kedalamnya.
d. Masukkan
campuran tanah tadi kedalam tabung dengan menggunakan corong dengan gerakan
melingkar.
e. Letakkan batu
pori dan pegas diatasnya lalu tabung ditutup, catat tinggi benda uji dalam
tabung.
f. Pasang buret
pada tempatnya lalu atur ketinggiannya. Tempatkan mistar panjang disamping
buret sehingga beda tinggi antara air dalam buret dengan lubang pengeluaran
pada tabung bisa diketahui. Hubungkan slang intake keburet (kran buret dalam
posisi tertutup).
g. Bila perlu
gunakan vacum pump untuk menghampakan tabung selama 30 menit. Buka kran buret
dan biarkan air mengisi selubung tabung,
tambahkan air kedalam buret terus menerus. Proses penjenuhan ini bisa juga
dilakukan tanpa vacuum pump. (lihat prosedur 3.1.g).
h. Alirkan air
melalui benda uji sampai debitnya konstan lalu tutup kembali kran buret. Isi
buret sampai skala teratas lalu catat ketinggian air diatas lubang pengeluaran.
Catat tanggal dan waktu mulai percobaan, buka kran buret dan tampung air yang
keluar kedalam gelas ukur. Tutuplah ujung atas buret dan gelas ukur dengan
kaiin katun lembab untuk mencegah penguapan.
i. Hentikan
percobaan bila volume air yang keluar telah mencapai 20 ml (minimal). Catat
posisi ketinggian air dalam buret, volume air dalam buret, volume air dalam
gelas ukur dan waktu akhir percobaan.
D.
Perhitungan
1. Cara Constan
Head, nilai rembesan / kof. Permeabilitas dapat dihitung denagn rumus berikut :
k =
L . Q
h
(t2 – t1)
k = koef. Permeabilitas
L = Panjang contoh tanah dalam permeameter (cm)
H = Jarak antara lubang
pembuangan corong dan lubang pengeluaran pada tabung (cm).
Q = Jumlah air total yang mengalir selama waktu (cm3)
t2 = Waktu akhit test (det)
t1 = Waktu mulai test (det)
2.
Cara Falling Head, nilai rembesan/koef. Permeabilitas dapat
dihitung dengan rumus berikut :
k =
2,3 a . L log
h1
A.
(t2 –t1) h2
K = Koef Permeabilitas
A = Luas penampang buret (cm2)
L = Panjang contoh tanah dalam permeameter (cm)
t2 = Waktu
kettika air mencapai ketiggian h1
t1 = Waktu
ketika air mencapai ketinggian h2
h1 dan h2 =
ketinggian yang telah ditetapkan
Nilai koef.
Permeabilitas pada suhu 20ºC, dapat dihitung sebagai berikut :
K =
K Xt
20ºC X 20ºC
K20ºC =
Permeabilitas pada suhu 20ºC
K
= Permeabilitas pada suhu t
Xt
= Viskositas air pada suhu t
X20ºC =
viskositas air pada suhu 20ºC
E.Pelaporan
Laporkan hasilnya pada form laboratorium.
12. KUAT TEKAN BEBAS (UNCONFINED COMPRESSIVE STRENGTH)
A.
Maksud : Untuk menentukan besarnya
kekuatan tekan bebas contoh tanah dan batuan yang bersifat kohesif dalam
keadaan asli maupun buatan (remoulded). Kekuatan tekan bebas adalah besarnya
beban aksial persatuan luas pada contoh tanah mengalami keruntuhan atau pada saat
pegangan aksialnya mencapai 20%.
B.
Peralatan :
1.
Mesin tekan bebas (unconfined compressive machine)
2.
Alat untuk mengeluarkan contoh (extruder)
3.
Cetakan benda uji berbentuk silinder dengan tinggi 2 kali
diameter
4.
Pisau tipis dan tajam
5.
Timbangan
6.
Pisau kawat
7.
Stopwatch
C.
Prosedur :
C.1. mempersiapkan contoh
tanah asli dari tabung contoh :
a. Contoh
dikeluarkan dari tabung 1-2 cm dengan alat pengeluar contoh, kemudian dipotong
dengan pisau kawat dan diratakan dengan pisau.
b. Pasang alat
cetak contoh didepan tabung contoh, keluarkan contoh dengan alat pengeluar
contoh (extruder) sepanjang alat cetak kemudian dipotong dengan pisau kawat.
c. Alat cetak
yang berisi contoh didirikan dengan ujung yang sudah dibentuk diatas alas yang
rata. Kemudian ujung sebelah atas diratakan dengan pisau.
d. keluarkan
benda uji dari alat cetak silinder tersebut.
C.2. Mempersiapkan contoh buatan berbentuk silinder
a. Contoh buatan
bisa dipersiapkan dari contoh bekas atau dari contoh lain yang tidak asli.
b. Pasanglah
conttoh tersebut pada alat unconfined compression, putarlah sampai pelat
pembebanan tepat menyentuh bagian atas contoh. Contoh harus terletak sentris
terhadap batang penekan dari alat unfined compression.
c. Atur jarum
arloji tegangan pada angka nol. Atur kedudukan arloji regangan dan atur arloji
pada angka nol.
d. Percobaan
dapat dimulai dengan menggunakan kecepatan regangan sebesar ½-2% permenit,
biasanya diambil 1% permenit dan catatlah besarnya beban yang bekerja pada
regangan-regangan 0,5%;1%;2%,…dst nya.
e. Percobaan iini
dilakukan terus sampai contoh mengalami keruntuhan, keruntuhan ini dapat
dilihat dari makin kecilnya beban walaupun regangan semakin besar.
f. Jika regangan
telah mencapai 20% tetapi contoh belum runtuh, maka percobaan dilakukan
dihentikan sampai regangan 20%.
D. Perhitungan :
1. Besarnya
regangan aksial dihitung dengan rumus :
e
= ΔL
Lo
e
= Regangan aksial (%)
ΔL = Perubahan panjang contoh (cm)
Lo = Panjang contoh semula (cm)
2.Luas penampang
contoh rata-rata :
A
= Ao
1 - e
Ao =
Luas penampang contoh semula (cm2)
3.Hitung
besar tegangan normal dari :
σ
= P (kg/cm2)
A
P = n x β (kg)
n = pembacaan arloji tegangan
β = angka kalibrasi dari cincin penguji
(proving ring)
E.Pelaporan
1. Hasil
dilaporkan dan keterangan mengenai contoh harus dicantumkan :
a. contoh asli atau buatan
b. Perbandingan tinggi dan diameter
c. Deskripsi visual tanah
d. Kepadatan,
kadar air dan derajat kejenuhan.
2. Catat setiap
kondisi-kondisi atau data lain yang dianggap perlu untuk menilai hasil
pemeriksaan.
3. Gambarkan
grafik hubungan antara regangan dan tegangan. Tegangan sebagai ordinat dan
regangan sebagai absis. Tentukan harga maksimum tegangan atau harga tegangan
pada regangan 20%.
13.
KEPADATAN STANDAR
A.
Maksud : Untuk menentukan hubungan
antara kadar air dan kepadatan tanah dengan memadatkan didalam cetakan silinder
berukuran tertentu dengan menggunakan alat penumbuk 2,5 kg (5,5 Lbs) dan tinggi
jatuh 30 cm (12”).
B.
Peralatan
1.
Cetakan diameter 102 mm (4”) kapasitas 0,000943 ± 0,000008 m3
(0,0333 ± 0,0003 cu.ft) dengan diameter dalam 101,6 ± 0,406 mm (4,000” ±
0,016”), tinggi 116,43 ± 0,1270 mm (4,584 ± 0,0005”).
2.
Cetakan 152 mm (6”), kapasitas 0,002124 ± 0,000021 m3 (0,07500
± 0,00075 cu.ft) dengan diameter dalam 152,4 ± 0,660 mm (6,000” ± 0,024”),
tinggi 116,43 ± 0,1270 mm (4,584” ± 0,005”)
3.
Alat penumbuk tangan dari logam yang mempunyai permukaan
tumbuk rata, diameter 50,8 ± 0,127 mm (2,000” ± 0,005”) berat 2,495 ± 0,009 kg
(5,50 ± 0,02) dilengkapi selubung yang bisa mengatur tinggi jatuh secara bebas
setinggi 304,8 ± 1,524 mm (12,00” ± 0,06)
4.
Alat pengeluar contoh (extruder)
5.
Timbangan kapasitas 11,5 kg dengan ketelitian 5 gram.
6.
Oven
7.
Alat perata dari besi (straight edge) panjang 25 cm, salah
satu sisi memanjang harus tajam dan sisi lain datar.
8.
Saringan 50 mm (2”), 19 mm (3/4”) dan 4,75 mm (N0 4).
9.
Talam, alat pengaduk dan sendok.
C.
Prosedur
1.
Bila contoh tanah yang diterima dilapangan masih dalam
keadaam lembab (damp), keringkan contoh tersebut sehingga menjadi gembur.
2.
Pengeringan dapat dilakukan diudara atau dengan alat
pengering lainnya dengan suhu tidal lebih dari 60ºC. Kemudian gumpalan-gumpalan
tanah tersebut ditumbuk dengan palu karet, tetapi butir aslinya tidak pecah.
3.
Tanah yang sudah genbur disaring dengan saringan 4,75 mm (No
4).
4.
Benda uji dibagi dalam 6 bagian, dan tiap-tiap bagian
dicampur air yang sudah ditentukan dan diaduk sampai rata. Penambahan air
diatur sehingga didapat benda uji sebagai berikut :
3 contoh dengan
kadar air kurang lebih dibawah w. optimum
3
contoh dengan kadar air kurang lebih diatas w. optimum.
Perbedaan kdar
air dari benda uji masing-masing 1-3%
5.
Masing-masing benda uji dimasukkan kedalam kantong plastik
dan disimpan selama 12 jam atau sampai kadar airnya sampai merata.
6.
Timbang cetakan diameter 102 mm (4”) dan keping alas dengan
ketelitian 5 gram (W1 gram).
7.
Cetakan, leher dan keping alas dipasang jadi satu, dan
tempatkan pada landasan yang kokoh.
8.
Ambil salah satu daru keenam contoh diaduk dan dipadatkan
didalam cetakan dengan cara sebagai berikut :
Jumlah seluruh
tanah yang dipergunakan harus tepat sehingga tinggi ketelitian tanah yang
diratakan setelah leher dilepas tidak lebih dari 0,5 cm. Pemadatan dilakukan
dengan alat penumbuk standar 2,5 kg (5,5 pound) dengan tinggi jatuh 30,5 cm
(12”). Tanah dipadatkan dalam 3 lapisan dan tiap-tiap lapisan dipadatkan dengan
25 tumbukan.
9.
Potong kelebihan tanah dari bagian keliling leher, dengan
pisau dan lepaskan leher sambung. Pergunakan alat perata untuk meratakan
kelebihan tanah sehingga betul-betul rata dengan permukaan cetakan.
10. Timbang cetakan berisi benda
uji beserta keping alas dengan ketelitian 5 gram (W2gram).
11. Keluarkan benda uji tersebut
dari cetakan dengan mempergunakan alat pengeluar benda uji (extruder) dan
potong sebagian kecil dari benda uji pada keseluruhan tingginya untuk
pemeriksaan kadar airnya. Tentukan kadar airnya (w).
D.
Perhitungan
1.
Hitung berat isi basah dengan rumus berikut:
∂ = W2 - W1 gram/cm3
V
∂ = berat isi
basah (gram/cm3)
W1 = berat
cetakan dan keping alas (gram)
W2 = berat
cetakan, keping alas dan tanah (gram)
V = isi cetakan
(volume mold) (cm3)
2.
Hitung berat isi kering dengan rumus berikut :
∂d = ∂ x
100 gram/cm3
(100+w)
∂d = berat isi kering
(gram/cm3)
W =
kadar air (%)
E.
Pelaporan
Gambarkan grafik
berat isi tanah kering terhadap kadar air dari hasil percobaan. Kemudian
gambarkan sebuah kurva yang halus yang paling mendekati dengan titik-titik yang
digambarkan dan tentukan berat isi kering maks. Dari kurva tersebut dengan
ketelitian 0,01 gr/cm3. Kadar air yang sesuai dengan berat isi kering maks. Ini
adalah kadar air optimum dan harus dicatat dengan ketelitian 0,5 %. Setelah
diketahui w optimum dan ∂d maks, gambarlah zero air voids line, dengan rumus
sebagai berikut :
∂d = G x ∂w
gram/cm3
(1 + G.w)
∂d = berat isi
kering (gr/cm3)
G = berat jenis tanah
∂w = berat isi
air (gr/cm3)
W = kadar air (%)
Grafik pemadatan
tidak boleh memotong zero air voids line dan pada harga kadar air yag tinggi menjadi
sejajar dengan garis tersebut.
14. KEPADATAN MODIFIED
A. Maksud : Untuk menentukan hubungan antara kadar air dan kepadatan
tanah dengan memadatkan didalam cetakan silinder berukuran tertentu dengan
menggunakan alat penumbuk 4,54 kg (10 Lbs) dan tinggi jatuh 45,7 cm (18”).
B.Peralatan :
1. Cetakan diameter 102 mm
(4”) kapasitas 0,000943 ± 0,000008 m3 (0,0333 ± 0,0003 cu.ft) dengan diameter
dalam 101,6 ± 0,406 mm (4,000” ± 0,016”), tinggi 116,43 ± 0,1270 mm (4,584 ±
0,0005”).
2. Cetakan 152 mm (6”),
kapasitas 0,002124 ± 0,000021 m3 (0,07500 ± 0,00075 cu.ft) dengan diameter
dalam 152,4 ± 0,660 mm (6,000” ± 0,024”), tinggi 116,43 ± 0,1270 mm (4,584” ±
0,005”).
3. Alat penumbuk tangan dari
logam yang mempunyai permukaan tumbuk rata, diameter 50,8 ± 0,127 mm (2,000”
± 0,005”) toleransi 0,013 mm (0,005”)
dan berat 4,5359 ± 0,0081 kg alat penumbuk dilengkapi selubung yang bisa
mengatur tinggi jatuh secara bebas setinggi 457,2 ± 1,524 mm.
4. Alat pengeluar contoh
(extruder)
5. Timbangan kapasitas 11,5
kg dengan ketelitian 5 gram.
6. Oven
7. Alat perata dari besi
(straight edge) panjang 25 cm, salah satu sisi memanjang harus tajam dan sisi
lain datar.
8. Saringan 50 mm (2”), 19
mm (3/4”) dan 4,75 mm (No 4).
9. Talam, alat pengaduk dan
sendok.
C. Prosedur
1. Bila contoh tanah yang
diterima dilapangan masih dalam keadaan lembab (damp), keringkan contoh
tersebut sehingga menjadi gembur. Pengeringan dapat dilakukan diudara atau
dengan alat pengering lainnya dengan suhu tidak lebih dari 60ºC. Kemudian
gumpalan-gumpalan tanah tersebut ditumbuk dengan palu karet, tetapi butir
aslinya tidak pecah.
2. Tanah yang sudah gembur
disaring dengan saringan 4,75 mm (No 4).
3. Benda uji dibagi menjadi
6 bagian, dan tiap-tiap bagian dicampur air yang sudah ditentukan dan diaduk
sampai rata. Penambahan air diatur sehingga didapat benda uji sebagai berikut :
* 3 contoh
dengan kadar air kurang lebih dibawah w.optimum.
* 3 contoh
dengan kadar air kurang lebih diatas w.optimum.
*Perbedaan kadar
air dari benda uji masing-masing 1-3%.
4. Masing-masing benda uji
dimasukkan kedalam kantong plastik disimpan selama 12 jam atau sampai kadar
airnya sampai merata.
5. Timbang cetakan diameter
102 mm (4”) dan keping alas dengan ketelitian 5 gram (W1 gram).
6. Cetakan, leher dan keping
alas dipasang jadi satu, dan tempatkan
pada landasan yang kokoh.
7. Ambil salah satu dari
keenam contoh diaduk dan dipadatkan didalam cetakan dengan cara sebagai berikut
Jumlah seluruh
tanah yang dipergunakan harus tepat sehingga tinggi ketelitian tanah yang
diratakan setelah leher dilepas tidak lebih dari 0,5 cm. Pemadatan dilakukan
dengan alat penumbuk standard 2,5 kg (5,5 pound) dengan tinggi jatuh 30,5 cm
(12”). Tanahdipadatkan dalam 3 lapisan dan tiap-tiap lapisan dipadatkan dengan
25 tumbukan.
8.
Potong kelebihan tanah dari bagian keliling leher, dengan
pisau dan lepaskan leher sambung.
9.
Pergunakan alat perata untuk meratakan kelebihan tanah
sehingga betul-betul rata dengan permukaan cetakan.
10. Timbang cetakan berisi benda
uji beserta keping alas dengan ketelitian 5 gram (W2 gram).
11. Keluarkan benda uji tersebut
dari cetakan dengan mempergunakan alat pengeluar benda uji (extruder) dan
potong sebagian kecil dari benda uji pada keseluruhan tingginya untuk
pemeriksaan kadar airnya. Tentukan kadar airnya (w).
D.
Perhitungan
1.
Hitung berat isi basah dengan rumus berikut :
∂ = W2 – W1 gram/cm3
V
∂ = berat isi
basah (gram/cm3)
W1 = berat
cetakan dan keping alas (gram)
W2 = berat
cetakan, keping alas dan tanah (gram)
V = isi cetakan
(volume mold) (cm3)
2.
Hitung berat isi kering dengan rumus berikut :
∂d = ∂ x 100 gram/cm3
(100 + w)
∂d = berat isi kering (gram/cm3)
W = kadar air (%)
E.
Pelaporan
Gambarkan grafik berat isi
tanah kering terhadap kadar air dari hasil percobaan. Kemudian gambarkan sebuah
kurva yang halus yang paling mendekati dengan titik-titik yang digambarkan dan
tentukan berat isi kering maks. Dari kurva tersebut dengan ketelitian 0,01
gr/cm3. Kadar air yang sesuai dengan berat isi kering maks. Ini adalah kadar
air optimum dan harus dicatat dengan ketelitian 0,5%. Setelah diketahui w
optimum dan ∂d maks, gambarlah zero air voids line, dengan rumus sebagai
berikut :
∂d = G x ∂w gram/cm3
(1 + G.w)
∂d = berat isi kering
(gr/cm3)
G = berat jenis tanah
∂w = berat isi air (gr/cm3)
W = kadar air (%)
Grafik pemadatan tidak boleh
memotong zero air vods line dan pada harga kadar air yang tinggi menjadi
sejajar dengan garis tersebut.
BAB III
PENUTUP
KRITERIA EVALUASI PRAKTIKUM
A.
SELAMA PRAKTIKUM :
A.1 Disiplin
A.2 Kesungguhan
A.3 Penguasaan Materi
A.4 Kebenaran
B. SELAMA
BIMBINGAN LAPORAN
B.1
Kerajinan Bimbingan
B.2
Isi laporan
B.3
penguasaan Materi
B.4
Kebenaran